yang kamu perlukan
Kenangan adalah sesuatu yang hadir dari kisah yang telah berakhir
Aku menyukai senja, aku menyukai pantai dan aku pun menyukai seseorang dengan senyuman termanis menurut versiku. Di sini aku akan mengenang beberapa potongan kisah yang sempat membuatku trauma untuk merasakan cinta lagi. 
Aku akan mengenang bagaimana rasanya berjuang bangkit sendiri karena keterpurukan itu. Aku mengalami itu karena aku dan kamu tidak bisa memilih akan jatuh cinta kepada siapa, saat rasa itu hadir degupan jantung ini seketika lebih cepat. Ah, virus merah jambu ini…
Karena virus ini aku pernah......
Mempertahankan yang seharusnya dilepas
Lima tahun yang lalu, tepatnya saat aku duduk di bangku kuliah aku merasakan jatuh cinta untuk pertama kalinya. Saat itu aku hanya bisa melihat kamu dari kejauhan, menatapnya dengan pandangan penuh penasaran. Saat matamu menatapku, aku merasakan ada perasaan lucu yang tidak bisa ku jelaskan lewat kata-kata. Mungkin ini rasanya cinta pertama. Selepas penerimaan mahasiswa baru, perkuliahan pun mulai aktif. Tak pernah aku bayangkan tiba-tiba kamu dengan berani mengutarakan perasaan mu. Tapi sayang kamu menyampaikannya lewat temanmu yang walaupun itu adiku, tak apalah. Ketika aku mendengarnya, seketika aku lompat-lompat kegirangan karenamu. Tapi pada saat itu aku belum yakin dengan apa yang aku dengar. Aku masih tak berani pacaran. Aku takut, aku tak mampu membuat kamu bahagia. 
Ah berdosa sekali aku, sudah membohongi perasaanku. Aku juga menyukaimu.
Dan kita pun mulai membuat kisah indah cinta kita.  Melewati hari demi hari cinta kita kisakan dengan banyak cerita. Tak terasa waktu begitu cepat berlalu. Empat tahu kita jalani kisah indah. Hari-hari indah pernah kita lalui bersama. Proses perkuliahan pun tak terasa sebentar lagi akan beranjak ke dunia kerja.  Dan akhirnya tibalah saatnya, diacara wisuda yang penuh dengan perasaan haru dan bahagia itu. Kamu memperkenalkan aku dengan sosok yang selama ini kamu banggakan dengan penuh semangat dan rasa bahagia pun aku menghampiri " Sallom Tanta, Aku Martin temannya Apong"
Tatapan mata yang bersinar penuh kasih dihiasi senyum indah membuat jantungku berdetak kencang..... Dalam hati kecilnya aku berkata....ferlucy enyahlah kau....!!!!
Dan oh..... ternyata hari itu menjadi hari istimewa, senyum indah dan sepenggal kata terucap dibibirnya " syalom.... Ya nak... Nanti main ke rumah ya. Ada acaranya Apong"
Jawabku, iya Tanta terimakasih...
Sepulang dari acara Wisuda aku mengajak teman baikku, kami sudah seperti saudara untuk mengikuti acara syukuran di rumah Apong.
Rasa bahagia itu terus menghiasi pikiran ku. Di rumah Apong, seusai acara syukuran didepan teras rumah kami sedikit bersenda gurau. Disitu saya merasakan betapa rasa kekeluargaan begitu indah dan romantis. Percakapan kamipun segera usai mengingat waktu istirahat apalagi acara syukurannya di buat di perumahan yang selalu taat dengan aturan, sampai-sampai keluar masuk mau beli rokok saja pake di periksa segala sama pak securytinya.
Sayapun beranjak dari tempat duduk dan berpamitan untuk pulang.
Suatu momen yang sangat romantis yg sampai saat ini tak pernah hilang dari ingatan ku dimana hal yg tidak pernah saya bayangkan dan begitu romantis dan indahnya detik itu. Sang nenek datang menghampiri saya dengan penuh kehangatan merangkuh tangan ku dan tangan Apong, sang nenek berkata " Nak nenek merestui hubungan kalian,  jaga apong baik-baik ya...."
Woww...... Rasanya seperti melayang di udara, dengan penuh semangat saya mencium kedua tangan sang nenek " siap nek.... terima kasih restu dari nenek.....
Ketika membangun sebuah hubungan dengan seseorang, apalagi untuk hubungan yang serius yakni pernikahan, dipastikan bahwa semua orang berharap ingin membangun hubungan dengan kemantapan hati yang sungguh-sungguh. Harapannya, hubungan ini tak hanya menjadi hubungan yang serius antara dua orang saja yakni kamu dan pasangan tetapi juga keluarga kamu dan keluarga pasangan. Sadar atau tidak, hubungan yang bahagia adalah suatu hubungan yang mendapatkan restu tak hanya dari penguasa alam semesta melainkan juga restu orang tua.
Sebuah pepatah menyebutkan bahwa restu orang tua adalah restu Tuhan. Tanpa adanya restu orang tua dalam sebuah hubungan, satu atau dua hal dalam hubungan tersebut pasti tak akan terasa nyaman, bahagia dan tenteram. Jangan salah, ketidaknyamanan tersebut bisa saja terjadi karena Tuhan belum memberikan restunya untuk sebuah hubungan yang sedang berjalan karena Tuhan belum melihat adanya restu dari orang tua pasangan.
Waktu terus berlalu melintasi hari indah yang terus berlalu. Restu yang pernah ada tinggal kenangan dan hanya sebuah cerita.  Setelah kamu mengakhiri itu,hatiku terasa sangat pedih, mataku tak sudah-sudah mengeluarkan tangis. 
Hatiku amat teriris karena disebut pengganggu oleh lelaki yang mengambil kamu dari ku. Kini  Aku hanya ingin pelan-pelan melupakanmu. Melupakan itu tidak semudah mengucap lupa. Sungguh aku sudah tak ada niat untuk merebutmu darinya, aku hanya ingin proses mencabut kenangan tidak seperih ini.
Aku sangat bodoh kala itu, saat kamu sudah pergi dengannya, aku masih mematung memandang punggungmu yang semakin hilang. Ku peluk tubuhku sendiri dengan begitu eratnya, aku merasa ada yang benar-benar luka di dalam tubuhku. Ada yang begitu memilukan di pelupuk mataku.
Dengan sekuat hati aku memaksakan untuk melangkah menjauh dari tempat itu.
Dengan sekuat hati menutup kembali hati yang terkoyak ini.


kamu pergi begitu saja
Aku pasrah…
Sudah lama mengenal seseorang tidak menutup kemungkinan orang itu akan pergi juga, seperti kamu. Kamu pergi dengan janji-janjimu. Hingga membuatku sangat terpuruk.
Setelah kejadian itu aku bersusah payah bersikap baik-baik saja di hadapan semua orang. Dengan setegar-tegarnya aku berani bertahan di kota yang selama ini memberi kenangan bersamamu, dengan giat bekerja beserta melepas kenangan pedih selama ini. Sampai, aku menemukan seseorang yang bisa mengobati luka ini dan menyembunyikan luka yang pernah ada  dan memulaiya dari nol kembali, tetapi hati tetap hati, ia tidak mudah untuk diluluhkan kembali. Bahkan, ucapan perempuan walaupun itu benar aku tak percaya. Aku trauma untuk jatuh kembali.
Hari-hariku sepi dan aku mencoba mencari, mencari seseorang yang tepat. Aku menatap dengan sendu cermin besar yang menempel di dinding kamar “Kenapa luka ini masih sangat terasa? Hingga untuk menerima orang baru saja sangat susah. Apa aku sudah mati rasa? Ah tidak mungkin.” Aku selalu bertanya hal bodoh seperti itu. Setelah sekian lama orang baru ini mengutarakan rasanya kepadaku, aku pun memaksa diri untuk (mencoba) menerimanya. Padahal kita memang baru kenal beberapa hari.
Seketika aku terdiam meratapi kisah ini, meratapi kisah pencarianku yang selalu berakhir kegagalan. Aku menyalahkan diri sendiri karena terlalu ceroboh membuka hati untuk orang yang salah (lagi). Aku beranikan membuat tantangan ke dia sama seperti dahulu, “Kamu pilih dia atau aku?” kemudian dia diam tak ada jawaban apapun. “Oke kalau tak mau jawab, aku saja yang pergi. Tak usah cari aku!” Kisah kita berakhir begitu saja, aku pun selalu menghindar. Nomer telepon dan akun sosial medianya sudah ku hapus. Baru kali ini aku tega menyiksa orang yang masih berupaya menghubungiku. Aku berusaha menulikan diri saat ada teman yang membahas dirinya. Aku berusaha bersikap cuek.
BERTEMU DIRIMU
Bosan terus-terusan salah dalam pencarian. Aku pun berusaha untuk tidak peduli dengan yang namanya perempuan. Aku memulai melangkahkan kaki untuk terus berkarya dalam pekerjaan ku, mengasah hobby yang ku punya. Karena itu aku dapat bertemu dengan orang-orang baru dan salah satunya kamu. Senyum manis itu, ah aku masih saja mudah jatuh cinta karena senyuman manis seseorang. Tetapi untuk kali ini aku berusaha menekan semua perasaan ini agar tidak muncul seperti yang sudah-sudah. Aku hanya menikmati suaramu jika kamu sedang mengeluarkan canda tawamu.
Aku merasa kuper karena pengalamanmu lebih banyak. Aku juga merasa lemah karena perjuanganmu jauh lebih besar dari perjuanganku. Seperti sajak indah kata-kata mu puitis bak sastrawan yang sedang bersyair selalu berusaha menerka-nerka siapa orang yang kamu maksud, mungkinkah aku? Ah, tidak mungkin. Isi otak dan kepribadianmu yang membuatku merasa minder untuk jatuh cinta kepadamu, agamamu juga jauh lebih tinggi di atas aku. Calon pendamping idaman sekali. Karena itu aku minder jatuh cinta kepadamu. Baru kali ini aku merasa hal seperti ini, untuk kali ini aku hanya dapat diam memperhatikan gerak-gerikmu dari jauh. Menanti kamu membalas chat ku, menanti kamu menulis beberapa sajak romantis tentang cinta yang dapat membuatku senyum-senyum sendiri. Ya walaupun yang kamu maksud bukan aku..
Karenamu, aku kini menjadi semangat untuk memantaskan diri, kamulah motivasiku untuk semangat  agar saat kamu memunculkan ide-ide kreatifmu aku dapat menyeimbanginya. Agar saat kamu membahas masalah up to date aku bisa cepat menanggapinya. Agar saat aku melakukan sesuatu tahu mana batasan.  Aku sadar, kenapa harus mencari yang tepat? Sedangkan diri sendiri saja belum mau berusaha menjadi tepat untuk orang lain. Kamu itu hanya penyemangatku untuk terus tabah dan bersabar di jalan ini. Aku hanya mengikuti arus, jika memang kamu yang tepat menurut-Nya, pasti akan menyatu.
Jatuh bangun dalam hal percintaan membuatku belajar banyak mengenai keikhlasan dan perjuangan. Biasanya aku berjuang agar orang yang ku maksud bersimpati denganku, tetapi saat bertemu denganmu pemikiranku beda. Aku akan berusaha memantaskan diri agar nanti cermin di hadapanku ya kamu. 
Terima kasih sudah pernah memperkenalkan namamu kepadaku, untuk kali ini aku tikam erat-erat semuanya. 
Aku bekukan suaraku tentangmu. Aku abaikan rasa penasaranku dan terakhir ku doakan segala impianmu tercapai. Kamu mengajariku tentang cinta itu bukan hanya mencari tetapi menjadi. Semangat saling memantaskan diri. Jika bukan denganmu setidaknya aku sudah berusaha menjadi yang tepat untuk jodohku kelak. Sekarang aku paham pengharapan yang begitu besar akan membuat luka yang begitu dalam pula. Jadi, sewajarnya saja.

Martenius 2017
Di Surabaya Jawa Timur Indonesia




bayang dirimu