pesta-pmbrktn-basilik-lateran
Gereja Basilika Lateran adalah gereja besar pertama dalam sejarah Gereja yang didirikan oleh Kaisar Konstantinus dan diberkati oleh Paus Silvester I tahun 324. Pada tahun 313, kaisar mengeluarkan dekret (edik) Milan yang menyatakan bahwa orang Kristen memperoleh kemerdekaan untuk hidup di kekaisaran Romawi. Artinya, zaman penganiayaan selama berabad-abad telah berakhir. Maka Basilika Lateran menjadi lambang kemerdekaan dan perdamaian dalam Gereja. Namun ada makna yang jauh lebih mendalam: Basilik Lateran adalah gereja Katedral atau gereja pertama Uskup Roma. Maka, Basilik Lateran bisa disebut sebagai induk dan kepala semua gereja di Roma dan di seluruh dunia (omnium urbis et orbis ecclesiarum mater et caput). Gereja Lateran menjadi gereja induk seluruh gedung gereja di seluruh dunia. Gereja Lateran menjadi gereja paroki bagi seluruh umat Katolik sedunia. Gereja Lateran ini sekarang dikenal sebagai Gereja Basilik Santo Yohanes Lateran karena dipersembahkan kepada St Yohanes Pembaptis. 
 Mengapa kita memestakannya? Tentu alasan pertama sudah disebut tadi: bahwa kita merayakan gereja induk seluruh umat Katolik sedunia. Ada ikatan kesatuan kita yakni umat Katolik di seluruh dunia dengan Uskup Roma, yakni Sri Paus pengganti St. Petrus, wakil Kristus di dunia ini. Perayaan ini merupakan ungkapan cinta kita yang tulus dan penuh ketaatan kepada Bapa Suci di Roma. Namun ada alasan yang paling mendasar: kita merayakan Tuhan Yesus Kristus, Sang Gembala Baik dan Pemimpin Utama dan Sejati seluruh Gereja sepanjang masa. Mengapa? Karena dalam Injil sudah disebut dengan eksplisit: Yesus Kristus Sang Bait Allah sendiri. Hanya dari Kristus Sang Bait Allah itu mengalir segala rahmat bagaikan air hidup yang mengalir dari Bait Suci ke segala penjuru dunia. Lalu kita ini menjadi bait Allah pula karena Kristus dan dalam Kristus, karena Roh Kudus tinggal dalam diri kita (bdk. 1Kor 3:17). Lalu, renungannya jelas dan tegas: kalau kita mengasihi Tuhan Yesus Kristus, kita pasti mengasihi Bapa Suci, Uskup Roma dan pada gilirannya para Uskup, pemimpin Gereja lokal kita, dan akhirnya kita pun mengasihi setiap umat yang menjadi tempat kediaman Kristus dalam Roh Kudus, yakni kawan perjalanan kita berziarah menuju tanah air surgawi. (EM/Inspirasi Batin 2017)