Ada yang menempati kursi ini, mba?” tanyaku pada seorang wanita muda cantik, menarik yang memakai topi dingin menutupi kepalanya dan sedang duduk sendirian di warung SS.
Ia hanya melirik sebentar lalu kembali menantap layar handpone genggamnya.
Aku langsung duduk saja kursi disampingnya dan meletakkan tas ranselku diatas meja. Ia tetap tak acuh, terus menatap layar hanponenya yang ternyata sedang game mobile legends. Aku tidak mau menyerah, terus menggodanya seperti pada kebiasaan, orang ingin berkenalan awalnya sok kenal begitu.
Sering datang kesini, ya?
Bukan urusan kamu…!
Dan aku paling suka menggoda, bila ada orang yang cuek seperti ini.
“O ya, sudah pesan minuman kah, mba?”
Jangan ganggu…!
“Sepertinya aku pernah ketemu kamu di suatu tempat…”
Belum.
“Di STIKES William Booth Surabaya. Benar sudah kita dulu kan sama-sama kuliah disana.”
Mugkin kau benar… akhirnya ia menyerah.
Kamu angkatan 2012 Akbid di William Booth.”
“Dunia ini memang sungguh sempit, ya.” ujarku pelan. Dan itu memang ada masuknya, paling tidak bagi kami berdua.
Indah, wanita yang sedeng duduk di sampingku, bukan sekedar kenalan biasa, makanya aku berani menggodanya. Kami pernah saling terlibat dalam urusan asmara. Hanya saja sekarang ia jelas-jelas tidak mau mengakuinya. Aku tidak mau menyerah. Aku mulai menggodanya lagi, “ Kamu seangkatan dengan adikku dulu. Kalian tinggal satu rumah kost di Jl. Rochan Cilliwung. Ke kampus sering jalan kaki berdua, walau tau ke kampus cukup melelahkan bila jalan kaki.”
Kau yang membuatku lelah, jadi malas disini…! Nadanya ketus sekali.
Orang yang melihat sikapnya terhadapku akan mengira aku pengganggu yang coba-coba ingin mendekati seorang gadis yang sedang sendirian.
Sabar bro. Kami sudah kenalan sejak lama dan dulu sangat dekat sekali, sepasang kekasih. Saat ini kami sedang duduk di warung SS Surabaya dan semua yang datang disana kelihatan sangat gembira menikmati suasana dan sediaan yang ada di warung itu, kecuali kami berdua. Kami tidak menyangka bisa bertemu disini.
Aku dengan pakayan olah raga, celana trening yang biasa aku gunakan bila aku sedang olah raga joging dan main badminton dan ia dengan busana wanita warna merah kesukaanya. Rapi dan kontras cocok dengan kulit putih mulusnya, warna rambut panjangnya yang hitam itu, serta mata indahnya. Belum lagi lekuk-lekuk tubuhnya, gitar spanyol. Kucoba lagi berkomunikasi dengannya “Kita tidak menyangka, ya. Bisa ketemu lagi. Hanya ketemunya bukan di tempat yang biasa kita kunjung dulu, mungkin ini suatu tanda yah…”
Iya tanda kau tidak boleh ngobrol denganku.
Aku sedang tidak mau berbincang dengan siapa saja sekarang ini termasuk kau…!
“Sejak kapan kamu di Surabya?”
Tidak ada jawaban.
Berapa lama kamu tinggal di sini?”
Tetap tidak ditanggap. Malah ia kembali melanjutkan gamenya.
Kukejar lagi. “ Kamu nginap di Surabaya kah atau ke Sidoarjo…? Ia berhenti sejenak mengambil sesuatu ke dalam tasnya. Kutanya lagi. “ Kapan kamu menikah, waktu itu aku liat postinganmu sewaktu kamu di lamar sama pria idamanmu.”
Ia meletakan handponenya di meja dan memandang langsung ke kedua bola mataku, tatapanya sangat dalam menatapku. Kau itu pria idamanku dan dia itu pria yang pemberani. Berani melamar aku di depan kedua orang tuaku. Sekarang dia adalah tunanganku.
“Ya, benar. Kamu memang pantas mendapatkan pria pemberani seperti dia ketimbang seorang pria idaman.”
“Pria idaman hanya bisa menjadi pengecut yang hanya bisa membuat kamu menunggu dan terus menunggu.”
Itu bukan urusan kamu.
“Mungkin saja karena itu baru terpikirkan olehku.”
Tidak lagi pria idaman-kuh dan tidak bakalan selama tidak ada keberanian. Ketus dan kembali menyambar handponenya.
Kulihat di jari manisnya melingkar sebuah tanda ikatan sebagai tanda keindahan dari bulan dan bumi yang sangat jelas berhubungan dengan keromatisan. Soalnya, jari manis sendiri menunjukan keindahan dari cinta dan kesempurnaan hubungan dengan pasangan.
Hubungan kami berlangsung sekitar empat tahun, ketika kami sedang melanjutkan perkuliahan dan berlanjut hanya berapa bulan saja setelah kami lulus kuliah, sisanya ia pergi bersama pria pemberani. Aku tidak menulis disini alasan kenapa aku merelakan ia pergi bersama pria pemberani itu. Sehingga aku terlihat seperti seorang pengecut yang tidak berani membuktikan keseriusan dalam sebuah hubungan. Hanya satu saja yang aku inginkan saat itu adalah aku tidak mau ia menderita. Itu yang aku pikirkan terserah jika ada yang mau berpikir sebaliknya.
Warung SS mulai rami di datangi pengujung, kami berdua belum beranjak dari tempat duduk, masih merasa nyaman duduk disitu, kebetulan juga dekor ruangan warung tersebut dengan gaya arsitektur terbuka dan agak lebar jadi kami tidak merasa terganggu dengan ramainya pengunjung. Tanpa sadar aku berguman, “ seandainya aku yang dulu adalah aku yang sekarang mungkin ceritanya lain ya. Dari semua gadis yang aku kenal hanya kamu-lah yang bisa membuat aku terpana.”
Mungkin ia sedang tidak berminat atau memang tidak menghiraukan kehadiranku, sebab ia tetap asyk dengan game mobile legend di tangannya. Padahal menurut aku game itu membosankan apalagi sedang berada di tempat umum seperti ini banyak orang berjumpa. Indah adalah sosok wanita tegas yang pernah aku kenal, tapi cerewet, sifatnya penuh kedewasaan dan semangatnya untuk bekerja tinggi. Tidak seperti yang lain yang pernah aku kenal, hanya bersikap sinis memandang dunia sampai-sampai untuk berdandan saja tidak sempat. Itu adalah hal yang membosankan dalam dunia fesyen menurut aku sih. Dan itu merupakan suatu usah untuk membuat orang cepat merasa bosan. Pandanganku seperti itu terserah yang punya pandangan lain. Emang aku pikirin.
Hatiku penuh kecemburuan, nafsu birahi dan kedengkian,” kulanjutkan rayuanku.
Ia akhirnya tak tahan.
Jangan ganggu aku lagi, kak Martin
“Maafkan kaka dek, kalau kaka pernah membuat kamu kecewa,” ungkapku dengan tulus.
Tidak bakalan manusia seperti kaka membuat aku kecewa kak.”
“Kalau begitu, adek yang buat kaka patah hati”
Kalau bisa bukan hatimu saja kak, tapi semua tulang yany ada di tubuhmu aku yang patahkan kak.” Ini baru aku temukan lagi gadis hilang selama tujuh tahun lalu, nada antusias dalam komentarnya tidak pernah hilang masih seperti gadis yang dulu aku kenal.
Masih bisa kurasakan di hatinya ada kenangan tentang diriku, hanya saja mungkin menurutku ini bukan lagi tentang pucuk di cinta ulam pun tiba.
Kuingat puisi pendek yang campur bahasa inggris yang biasa kubisikan ditelinganya ketika kami sedang bermesraan di bangku panjang perpustakaan kampus. Kudekati dia dan mulai berbisik “You are the apple of my eye dan tidak ada wanita lain yang bisa menghentikan aku untuk mencintai kamu. Hatiku selu ingin memilih kamu. Love love love…”
Bagus. Makan itu cinta biar kamu mabuk... Ia berdiri dan meninggalkan aku.
Mba, pesan minum. Es teh manis. Manisnya kayak mba yang lagi bayar tuh di kasir.” Aku menunjuk tepat ke arah Indah sedang berdiri antri membayar di kasir. Kukosngkan gelas minumanku, lalu aku berjalan menuju sebuah meja yang sudah dikerumuni oleh sekelompok anak muda. Mereka adalah teman-temanku. Kata salah sorang dari mereka namanya Rivlan “ Begitulah yang namanya cinta, datang tak di undang ya pulang tak diantar juga.” Semua tertawa mendengar ocehanya. “Iya seperti jelangkung saja.” Tanggapku pendek.
“Wanita kalau lagi marah bisa menghanguskan bro, seperti panasnya api neraka.” Kata Yosta. Anak semester 1 fakultas keguruan di Uversitas WM.
“Benar itu bro, makanya Yosta, jomblo karena takut terbakar...” Kembali ramai dengan tertawaan dan sambil balas ejek diantara mereka.
Kami adalah kumpulan anak-anak rantau yang sedang mengadu nasib di kota pahlawan ini. Ada yang sedang melanjutkan perkuliahan dan ada juga yang sudah kerja seperti saya.
Kami melihat semuanya tadi kaks, dari situasi dan kondisi yang ada. Suasana ruangan ini memberitahu apa adanya yang sedang kaka alami.” kata Efendy menjelaskan.
“Yah.. suasana disini memang mengasykkan adek,” tukasku.
“Betul kaka,” ujarnya dia seperti mengerti apa yang sedang aku rasakan.
Siapa cewek tadi kaka, sepertinya sangat akrab sekali dengan kaka, tidak seperti biasanya kaka ngobrol seperti tadi dengan cewek o... tanya Dayo ingin tahu.
Aku sebenarnya sedikit canggung untuk menjelaskan kepada mereka mengenai gadis cantik yang baru saja mengobrol denganku. Kalau aku ceritankan jadinya aku seperti sedang curhat dengan mereka dan mereka seperti akan menawarkan perhatian padaku. Dan ah… pokoknya seperti itulah.
Dia adalah seorang bidan. Gadis cantik penuh pesona tadi. Kami sudah lama berkenalan dan baru bertemu lagi. Disini, di tempat ini seperti yang kalian liat tadi.”
Terus bagaimana kaka, lanjut... tanya mereka ingin tahu.
Oke, sebentar sepertinya kerongkonganku kering bro perlu dibasahi nih… sudah serak suaranya,...  aku pesan minum dulu…” tukasku.

Bersambung….  
Baca lanjut Klik Disini
Pria idaman & pria pemberani dari gadis pilihan