By Martenius Jalik
Miliki Motivasi Sebagai Dasar Kokoh Menjadi Seorang Mahasiswa Berprestasi
Cita-cita sama dengan motivasi merupakan bahan bakar dalam tungku perapian prestasi 
Mahasiswa sering juga disebut sebagai “Golongan intelektual muda” yang penuh bakat dan potensi. Dalam hal makna, arti mahasiswa bukanlah posisi strata pendidikan yang dilakukan setelah lulus SMA. Ada empat peran yang dimiliki mahasiswa yakni perubahan, kekuatan moral, kontrol sosial, dan cadangan potensial.
Hakikat atau intisari atau dasar kita sebagai mahasiswa yang semestinya mempunyai bakat dan potensi untuk membangun Bangsa dan Negara ini. Mahasiswa adalah bibit awal dari terbentuknya sebuah bangsa yang lebih maju. Mahasiswa juga merupakan sekelompok masyarakat yang tengah menekuni bidang ilmu tertentu dalam lembaga pendidikan formal dan menekuni berbagai bidang tersebut di sebuah universitas.  
Agen of change = sebagai generasi Perubahan, Mahasiswa dituntut bersifat kritis. Diperlukan implementasi yang nyata. Artinya jika ada sesuatu yang terjadi di lingkungan sekitar dan itu salah, mahasiswa dituntut untuk merubahnya sesuai dengan harapan sesungguhnya. Harapan besar ditujukan kepada para pemuda generasi selanjutnya, yaitu mahasiswa. Dalam posisi ini, mahasiswa adalah aset yang sangat berharga. Harapan tinggi suatu bangsa terhadap mahasiswa adalah menjadi generasi penerus yang memiliki loyalitas tinggi terhadap kemajuan bangsa. Mahasiswa adalah salah satu harapan suatu bangsa agar bisa berubah ke arah lebih baik. Hal ini dikarenakan mahasiswa dianggap memiliki intelek yang cukup bagus dan cara berpikir yang lebih matang, sehingga diharapkan mereka dapat menjadi jembatan antara rakyat dengan pemerintah.
Moral Force = sebagai Kekuatan moral adalah sebagai penjaga stabilitas lingkungan masyarakat, diwajibkan untuk menjaga moral-moral yang ada. Bila di lingkungan sekitar terjadi hal-hal yang menyimpamg dari norma yang ada, maka mahasiswa dituntut untuk merubah dan meluruskan kembali sesuai dengan apa yang diharapkan. Mahasiswa sendiripun harus punya moral yang baik agar bisa menjadi contoh bagi masyarakat dan juga harus bisa merubah ke arah yang lebih baik jika moral bangsa sudah sangat buruk, baik melalui kritik secara diplomatis ataupun aksi
Sebagai kontrol sosial, Masyarakat adalah sekumpulan populasi dengan beragam karakter yang diharapkan mampu mengontrol keadaaan sosial yang ada di lingkungan sekitar. Jadi, selain pintar dalam bidang akademis, mahasiswa juga harus berperan banyak dalam bersosialisasi dan memiliki kepekaan dengan lingkungan. Mahasiswa diupayakan agar mampu mengkritik, memberi saran dan memberi solusi jika keadaan sosial bangsa sudah tidak sesuai dengan cita-cita dan tujuan bangsa, memiliki kepekaan, kepedulian, dan kontribusi nyata terhadap masyarakat sekitar tentang kondisi yang teraktual. Di sinilah peran mahasiswa. Kontrol dari kondisi – kondisi sosial merupakan implementasi nyata mahasiswa untuk bersinggungan langsung dengan masyarakat.
Iron Stock = sebagai generasi penerus dan tulang punggung bangsa di masa depan, mahasiswa diharapkan menjadi manusia-manusia tangguh yang memiliki kemampuan dan akhlak mulia yang nantinya dapat menggantikan generasi-generasi sebelumnya di pemerintahan kelak. Intinya mahasiswa itu merupakan aset, cadangan, harapan bangsa untuk masa depan bangsa Indonesia . Tak dapat dipungkiri bahwa seluruh organisasi yang ada akan bersifat mengalir, yaitu ditandai dengan pergantian kekuasaan dari golongan tua ke golongan muda, oleh karena itu kaderisasi harus dilakukan terus-menerus. Dunia kampus dan kemahasiswaannya merupakan momentum kaderisasi yang sangat sayang bila tidak dimanfaatkan bagi mereka yang memiliki kesempatan. Seharusnya kita sebagai mahasiswa yang akan menjadi cadangan potensial untuk memajukan Bangsa dan Negara kita, dan menjadi titik terang untuk keluar dari krisis – krisis yang berkepanjangan ini. Dalam hal ini mahasiswa diartikan sebagai cadangan masa depan. Pada saat menjadi mahasiswa kita diberikan banyak pelajaran, pengalaman yang suatu saat nanti akan kita pergunakan untuk membangun bangsa ini.
Dalam proses menjadi sorang Mahasiswa kita akan mengalami sebuah masa yang mana yaitu masa transisi atau peralihan. Masa transisi siswa dari Sekolah Menengah Atas (SMA) menuju Perguruan Tinggi (PT) merupakan masa transisi sekolah yang lebih kompleks dibandingkan masa transisi sekolah sebelumnya karena masa transisi siswa dari SMA menuju Perguruan Tinggi seringkali mengakibatkan perubahan dan terjadinya stres. Tingkat stres pada mahasiswa tingkat awal lebih tinggi dibandingkan tingkat stres pada mahasiswa tingkat akhir. Pada mahasiswa tingkat awal mengalami masa adaptasi dari lingkungan sekolah ke lingkungan universitas, terkait dengan jadwal perkuliahan seperti tugas, kuliah, tutorial dan clinical skill lab yang padat dan baru dirasakan pertama kali setelah memasuki dunia perkuliahan. Nah, disini kita harus bisa menjadi seorang yang bijak dalam mengatasi problem ini. Kita dituntut untuk dapat mengedalikan diri, mengontrol emosional diri kita ini. Kita harus menjadi individu yang pintar mengelola diri. Individu yang mempunyai pengendalian diri yang baik, maka akan dapat mengelola emosi yang dirasakan dengan baik. Seseorang yang memiliki emosi baik, akan mengambil tindakan cukup simpatik ketika dihadapkan pada situasi yang menegangkan, sehingga ketika menghadapi masalah seseorang dapat mengendalikan emosi dengan menggunakan mekanisme koping yang efektif. Kemampuan koping adaptif seseorang dapat dipengaruhi oleh kecerdasan emosional, karena dengan kecerdasan emosional seseorang mampu untuk mengendalikan diri, bertahan ketika menghadapi suatu masalah, mampu mengendalikan impuls, mampu memotivasi diri, mampu mengatur suasana hati (kegembiraan, kesedihan, dan kemarahan), kemampuan berempati, dan membina hubungan dengan orang lain.
Belajar di perguruan tinggi memang berbeda dengan di sekolah menengah. Sewaktu belajar di sekolah menengah, peran dan tanggung jawab guru masih cukup besar, yakni lebih kurang 50%. Karena itu jika banyak siswa tidak lulus maka tanggung jawab guru bisa dipersoalkan. Hal ini sungguh jauh berbeda dengan belajar di perguruan tinggi, yakni lulus atau tidak lulus sangat tergantung dari usaha para mahasiswa sendiri. Disinilah pentingnya kita memiliki kiat dalam belajar di perguruan tinggi.
Sesungguhnya, banyak cara dan tahapan yang bisa dilakukan dalam belajar di perguruan tinggi, yaitu: Pertama, mendisiplinkan diri. Harus diakui, banyak antara mahasiswa yang interesan pada subjek-subjek tertentu dari jajaran mata kuliah yang harus ditempuhnya atas dasar 'siapa dosen pemberi kuliah itu. Kondisi tersebut sering menyebabkan dosen menjadi korban atau mahasiswa mengorbankan dirinya karena sang dosen dinilai kurang mampu berkomunikasi. Sesungguhnya dosen yang kurang mampu berkomunikasi secara pas dengan mahasiswa bukanlah penyebab kesulitan belajar di perguruan tinggi dan bukan pula sebagai alasan untuk segera meninggalkan ruang kuliah. Pemecahannya justru terletak pada bagaimana caranya proses perkuliahan tersebut. Jadi apa pun mata kuliahnya, janganlah diteropong dari siapa pemberinya. Untuk melengkapi bahan materi kuliah atas satu mata kuliah yang disampaikan oleh seorang dosen, setiap mahasiswa perlu pula mencari bahan banding maupun untuk menyempurnakannya dengan mempelajari materi-materi yang sama yang ditelorkan oleh sarjana-sarjana lain yang belum diterangkan oleh sang dosen. Dari sana jelas akan terlahir dua keuntungan ganda, yaitu semakin lengkapnya pemahaman seorang mahasiswa tentang materi kuliah tersebut, dan adanya alasan yang kuat untuk mempertanyakan maupun menolak gagasan-gagasan yang diberikan dosen yang bersangkutan.
Kedua, penggunaan perpustakaan secara intensif. Dalam kaitan itu yang juga perlu diperhatikan dalam belajar di perguruan tinggi, yaitu intensifnya penggunaan fasilitas perpustakaan oleh seorang mahasiswa. Kegiatan ini, akan semakin mempertajam daya analisis mahasiswa termasuk tingkat kekritisannya untuk menilai gejala.
Ketiga, membentuk kelompok belajar. Cara ini memang membutuhkan kemampuan mahasiswa untuk membentuk kelompok belajar atau diskusi. Dengan adanya kelompok dapat digunakan untuk berkumpul, saling memberi informasi, dan kemudian berdiskusi. Setiap diskusi betapa pun naifnya, pasti pula melahirkan sebuah makna, di mana setiap mahasiswa mempunyai kesempatan untuk belajar melemparkan ide dan buah pikirannya, termasuk mengeritik ide temannya, yang pada gilirannya akan melahirkan kemampuan untuk menelorkan alternatif.
Keempat, menggunakan internet. Dengan adanya teknologi mutakhir, materi kuliah dengan mudah dapat pula diperoleh dari internet. Dalam kaitan itu seorang mahasiswa harus berusaha menguasai media komunikasi modern tersebut sehingga selalu bisa mengikuti perkembangan ilmunya seoptimal mungkin.
Kelima, membuat kliping. Dalam perjalanan atau proses pengembangan pengetahuan, kliping artikel baik yang berasal dari koran-koran utama maupun majalah-majalah mingguan mempunyai arti tersendiri. Misalnya kita menginginkan keterangan-keterangan lengkap mengenai suatu masalah tertentu yang ditulis dalam bentuk karya jurnalistik populer, tentu artikellah tempatnya.
Dalam pengumpulan artikel koran semacam ini, kita bisa mengklasifikasikan atas beberapa kategori yang jelas, seperti mengenai politik luar negeri, politik nasional, dan lain-lain. Sekalipun artikel koran sepintas lalu kelihatannya sangat sederhana, tetapi proses pembuatannya tidaklah sesederhana penampilannya seperti yang kita lihat.
Keenam, membiasakan menulis ide. Kebiasaan ini secara tidak langsung juga bisa mempercepat kelulusan mahasiswa. Kebiasaan ini memang tidak datang dengan sendirinya, melainkan hanya bisa terjadi atas dasar latihan-latihan yang intensif. Untuk itu, setiap kali ada satu permasalahan menarik bagi para mahasiswa ada baiknya untuk segera menumpahkannya dalam bentuk karya tulis.
Hal-hal yang dipaparkan di atas, bukanlah suatu kegiatan yang dapat menjamin 100% bahwa kuliah di perguruan tinggi menjadi lebih mulus. Tetapi setidak-tidaknya, usaha seperti ini sepanjang masa kuliah akan jelas lebih menguntungkan bagi proses penggemblengan diri ketimbang hanya menghanyutkan diri dalam proses perkuliahan.
Untuk dapat melaksanakan semua apa yang sudah kita paparkan bersama diatas yang paling penting adalah mahasiswa mempunyai dorongan atau penggerak untuk melakukan kegiatan belajar di perguruan tinggi untuk mencapai tujuan belajar yang diinginkannya. Dorongan atau penggerak itulah yang kita sebut dengan motivasi. Motivasi adalah dorongan dasar yang menggerakkan seseorang bertingkah laku, dorongan ini berada pada diri seseorang yang menggerakkan untuk melakukan sesuatu yang sesuai dengan dorongan dalam dirinya merupakan dorongan dasar yang menggerakkan seseorang untuk bertindak untuk mencapai tujuan yang diinginkannya. Dalam kaitannya dengan motivasi belajar merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi proses dan hasil belajar yang terletak pada aspek psikologis mahasiswa. Dan sebagai mahasiswa juga kita harus memiliki sifat kompetitif sehingga kita tergerak untuk memiliki motivasi untuk berprestasi. Dengan adanya prestasi yang pernah diraih oleh seseorang akan menumbuhkan suatu semangat baru untuk menjalani aktifitas. Motivasi berprestasi merupakan kecenderungan seseorang dalam mengarahkan dan mempertahankan tingkah laku untuk mencapai suatu standar prestasi. Motivasi berprestasia dalah dorongan untuk selalu berjuang bekerja habis-habisan untuk mencapai kesuksesan. Dimana mahasiswa memiliki keinginan kuat untuk mencapai keberhasilan, membuktikan dirinya bahawa dia bisa.
Banyak faktor yang mempengaruhi kuantitas dan kualitas perolehan hasil belajar mahasiswa. Namun, yang lebih esensial diantaranya: kecerdasan, sikap, bakat, minat dan motivasi. Salah satu realita lapangan yang sering terjadi menunjukkan masih rendah atau kurangnya motivasi mahasiswa dalam melakukan aktivitas perkuliahan, misalnya mahasiswa melakukan aktivitas perkuliahan dengan berbagai alasan, seperti malas dan bolos kuliah, malas mengerjakan tugas, kurang konsentrasi, kuliah hanya sekedar mengisi daftar kehadiran atau absensi, keluar masuk kelas dengan alasan yang tidak jelas, kurang bergairah mengikuti perkuliahan karena kurang menyukai mata kuliah tersebut, beranggapan mata kuliah tertentu tidak penting, ataupun kuliah karena paksaan keluarga bukan keingin diri sendiri dan sejenisnya. Hasil dari hal tersebut secara otomatis mereka menganggap remeh mata kuliah tersebut, malas dan enggan untuk melakukan aktivitas perkuliahan. Sangat disayangkan apabila motivasi yang dimiliki mahasiswa itu adalah motivasi yang rusak. Apa yang menjadi harapan orang tua, harapan bangsa, harapan baik menjadi hilang.
Mari, saya mengajak adik-adik sekalian karena kita adalah harapan, kita adalah agen untuk masa depan untuk kita bangkit untuk berjuang untuk mencapai harapan mendorong diri untuk mencapai sukses dan mencapai standar keunggulan, berusaha atau berjuang untuk meningkatkan atau memelihara kemampuan setinggi mungkin dalam semua aktivitas dengan menggunakan standar keunggulannya.
Berbagai macam hal yang sudah kita paparkan bisa menjadi acuan dan pedoman bagi mahasiswa. Yang perlu dipahami oleh mahasiswa bahwa sehebat apapun si motivator namun jika tidak ada keingin dari yang dimotivasi maka motivasi tersebut tidak akan pernah dapat terwujud. Karenanya Sebagai seorang mahasiswa yang berkutat di bidang akademik, tumbuhkanlah motivasi itu dari dalam diri sendiri bukan karena faktor-faktor luar. Karena dari dalam itulah kita sadar betapa pentingnya keseriusan dan ketekunan belajar di perguruan tinggi sebagai modal dimasa depan. Dengan ini, diharapkan para generasi mahasiswa selanjutnya dapat mengetahui peranan-peranan penting yang harus diketahuinya agar dapat berfikir dan memiliki aksi, motivasi untuk bisa berkembang untuk memiliki motivasi untuk belajar dan memperoleh prestasi baik bagi diri sendiri dan ikut ambil bagian memajukan kehidupan berbangsa dan bernegara. Semoga bermanfaat...